JAKARTA – Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta meluncurkan awan panas guguran sejauh 1,8 kilometer pada Kamis (20/05/2021) sekitar pukul 08.30 WIB.
“Awanpanas guguran Merapi tanggal 20 Mei 2021 pukul 08.30 WIB,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida dalam keterangannya.
“Jarak luncur 1.800 meter ke arah barat daya,” lanjutnya.
Berdasarkan data, awan panas guguran itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 41mm dan berdurasi selama 170 detik.
“Jarak luncur 1800 meter ke arah barat daya,” ucap Hanik.
Sementara itu berdasarkan data pemantauan pada Rabu (19/05/2021) kemarin, tercatat Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar sebanyak 11 kali dengan jarak luncur maksimal 1.000 meter ke arah barat daya.
Diketahui, sejak 5 November 2020 lalu, status Gunung Merapi berada di level III atau siaga. BPPTKG menyatakan dalam status ini, masih ada potensi bahaya dari Gunung Merapi.
Potensi bahaya itu berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
Lalu, potensi bahaya lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Sementara itu, warga di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk Kebupaten Boyolali, Jawa Tengah, menggelar tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat. Bentuknya, mengarak ternak sapi keliling kampung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
Darmaji (45) salah satu tokoh masyarakat mengatakan tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat ini tetap dilaksanakan tetapi terbatas di lingkungan RT masing-masing guna mengantisipasi kerumunan cegah penyebaran Covid-19.
“Tradisi digelar tidak secara resmi seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi terbatas di lingkungan RT masing-masing karena Covid-19,” kata Darmaji, dikutip dari Antara.
Menurut dia, biasanya ada ratusan ekor ternak sapi dan kambing milik masyarakat di Desa Sruni dikeluarkan dari kandangnya kemudian dikumpulkan dan diarak keliling kampung pada tradisi ini. (CNNIndonesia)
Discussion about this post