BANDA ACEH – Andre salah seorang keluarga pasien di RSUDZA Banda Aceh tak bisa menahan kekecewaannya terhadap perilaku oknum petugas Kesehatan di rumah sakit plat merah tersebut. Ceritanya berawal saat Andre membawa orang tuanya yang menderita penyakit stroke ringan dari RSUD Bireun di rujuk menuju RSUDZA Banda Aceh.
Saat itu, kata Andre, pada tanggal 23 Juni 2021, Ketika sampai di IGD RSUDZA ada sedikit masalah karena setelah diperiksa bahwa ruangan untuk pasien tidak ada. Maka di tawarilah ruang VIP, Namun harus menyiapkan deposit sebesar Rp. 2,5 juta dengan catatan akan dikembalikan seadainya nanti lebih dikembalikan setalah pengobatan.
Kemudian diminta tambahan biaya 40 persen harus kita bayar kalau untuk ruang VIV. Padahal BPJS orang tua saya kelas satu, karena beliau golongan IVb. Kalau menurut aturan saya tahu beliau bisa tidur di ruang itu tanpa harus bayar. Kalau ruang kelas satunya penuh. Tapi tidak bayar, “sebut Andre kepada media ini, Rabu (30/06/2021).
Selanjutnya, kata Andre, Karena memikir harus deposit segala macam dan biaya perawatan kelas satu lama karena harus menunggu ruangan yang kosong, sebab ayahnya menderita penyakit stroke ringan. Maka istrinya mencoba untuk cek sendiri ke ruang Mina dua, namun didapatkan ada tempat tidur kosong kelas ll.
Nah dari pada terkantung di IGD dan deposit segala macam, pikir Andre waktu itu, mendingan di kelas dua dulu yang penting ayahnya bisa istirahat.
“Terakhir mereka tak bisa mengelak dan mengatakan dimana mana-mana ruangan penuh. Tapi karena tadi sudah dilihat oleh istri saya kosong mereka tak bisa menghindar lagi . Akhirnya masuklah ke ruang Mina dua kelas ll, “jelasnya.
Ceritapun tak berhenti disitu, Ketika ayahnya sudah masuk keruang tersebut, kata Andre, datanglah wakil kepala ruangan yakni orang bertanggung jawab di ruangan tersebut diketahui berinisial Id, yang tetap masih ingin menawarkan ruang VIV kepadanya.
Id menjelaskan bahwa ruang kelas satu penuh, dan bisa dipakai tapi pasiennya sore baru keluar. Kemudian satu jam kemudiam, Id datang lagi dan mengatakan bahwa pasien kelas satu tadi, nanti malam baru akan keluar.
Satu jam berselang Itu datang lagi, dan menjelaskan bahwa keluarga pasien tersebut dari Melaboh sehingga tak bisa keluar dulu, dan kemungkinan malam ini atau besok pagi akan keluar dari kelas satu.
“Kami saat itu masih berpikir positif. Karena kami pikir sehari. Karena tadi ruang dua untuk sementara. Nah datang lagi Id seperti orang cemas. Saya jelaskan bapak saya baru kali ini mengunakan BPJS karena sebelumya tak pernah masuk rumah sakit. Jadi saya mohon yang terbaik sesuai kelas dia .
Setelah itu dia bilang bahwa ruangan kelas satu tadi yang mau dikasih ke kami sudah ada yang antri. Maka saya katakan pada Id, tadi katanya sore, kemudian malam, setelah itu besok pagi. Sekarang sudah ada yang antri lagi, “cerita Andre dengan kesal.
Anehnya lagi, kata Andre, ternyata ia sempat melihat, pasien kelas satu tadi yang katanya besok akan keluar, ternyata telah di bawa keluar yang awal tadi dibilang besok baru akan keluar.
“Langsung saya tanyakan. Dan jawaban mereka, karena sudah duluan orang. Anehya, Kenapa hari ini dibilang. Kenapa tidak kemarin. “cerita Andre dengan penuh kecewa
Tak sampai disitu, sesuai aturan BPJS yang ia ketahui, sebenarnya ayahnya bisa diruang zam-zam satu kamar sendiri dan tak perlu bayar kalau kelas satu penuh, “Seharusnyakan ayah saya bisa masuk kalau begitu dari kemarin ke ruang zam-zam tak perlu kelas dua, “ujarnya.
Menurut Andre oknum dirumah sakit tersebut beralasan, karena ia mengatakan ruang satu penuh, ruang zam-zam penuh. Cerita pun berlanjut, Karena sudah merasa ditipu di awal tadi, maka Andre penasaran dan naik keruang zam-zam. Sesampai ke ruang zam-zam nyatanya kosong emang ndak ada apa-apa. Hanya ada dua kamar ditempel AC rusak.
“Terus saya sampai ke ruang zam-zam tenyata kosong. kenapa kemarin dibilang penuh. Alasan mereka ya ndak bisa dipakai karena penuh. Cuma zam-zam tiga banyak yang kosong. Memang akhirnya dikasih ruangn itu, tapi saya merasa di bohongi.
Saya bilang ayah saya berhak masuk keruang kelas satu. Cuma sesuia aturan BPJS bisa diruang zam zam satu kamar sendiri dan ndak bayar. Tadi malam keluarga kami sudah masuk ke zam-zam tiga. Tidak diminta deposit lagi, Berarti bisa sesuai. Kalau memang ndak bisa ya ndak bisa, “jelasnya.
Atas kejadian tersebut, Andre pun berharap kejadian yang menimpa keluarganya tidak terjadi kepada masyarakat lainnya. Sebab rumah sakit tersebut menjadi kembangaan masyarakat Aceh.
“Saya tidak tahu, apakah perbuatan oknum RSZA tadi diketahui pimpinan mereka. Karena kalau kita lihat sekda sering melakukan sidak dan memberi masukan agar pelayanan RSUDZA semakin baik kedepan.”ujarnya.
Sementar itu, Kepala Bidang Humas RSUDZA, Rahmadi dikonfimasi media ini menjelaskan, Bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2017 di Pasal 11 disebutkan, Pembayaran Selisih Biaya dilakukan dengan ketentuan untuk peningkatan kelas pelayanan rawat inap dari kelas 3 ke kelas 2, dan dari kelas 2 ke kelas 1, harus membayar .Selisih Biaya antara Tarif INA-CBG pada kelas rawat inap lebih tinggi yang dipilih dengan Tarif INA-CBG pada kelas rawat inap yang sesuai dengan hak Peserta.
Kamar Rawar RSU Zainoel Abidin Foto kontrasaceh.net
untuk peningkatan kelas pelayanan rawat inap di atas kelas 1, harus membayar Selisih Biaya paling banyak sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari Tarif INA-CBG Kelas 1.
“Untuk naik kelas dari kelas l ke kelas VIV itu ada biaya tambahan paling banyak sebesar 75 persen. Jadi kalau pasien kelas satu mau naik kelas VIV penambahan biayanya maksimal 75 persen dari tarif. Yang tau itu bagian keuangan atau asuransi kesehatan dirumah sakit secara detail, “jelasnya.
Terkait adanya ruangan rawat inap kelas satu yang kondisinya AC rusak itu bukan disengaja karena sedang ada perbaikan terdap instalasi AC tersebut, guna menunjang pelayanan yang lebih baik lagi.(r/p)
Discussion about this post