BandaAceh | Dalam memberikan sikap terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) APBA 2020, DPRA terpecah Menjadi dua. PAN, PKS, PKB, PDA, Demokrat, dan PDIP, menerima laporan yang disampaikan oleh Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah. Senin 23/8/2021.
Sedangkan Partai Aceh (PA), Partai Nanggroe Aceh (PNA), PPP, dan Golkar, Hanura menyatakan sikap menolak.
Suara dari beberapa elemen kembali muncul, agar DPRA melanjutkan agenda hak angket terhadap Nova Iriansyah. Tapi, saya tidak yakin dorongan itu dapat dilanjutkan. Bila di tahap pertama saja, gerakan politik untuk memakzulkan Nova bisa tertunda, konon lagi kali ini.
Jalan menuju ke sana semakin terjal. PKS dan PAN yang awalnya getol mengkritik Nova, kini Dia telah berbalik Arah. Menjadi “mitra koalisi” Pemerintah Aceh. PPP yang awalnya tidak memberikan dukungan pada hak angket, kini justru Mereka mendukung. Itulah politik, selalu dinamis.
Pepatah Apa Karya, Politik di Ibaratkan; lam geureupôh manok na iték. Istilahnya Dalam kandang Ayam Ada Bebek lagi.
Sejak mengambil alih kekuasaan dari tangan Irwandi Yusuf yang ditangkap KPK melalui serangkaian drama politik dan hukum, Nova Iriansyah berubah. Ia yang awalnya menampilkan citra bersahabat, peduli, dan dapat berdiskusi, seketika berubah menjadi Nova yang antikritik, sibuk dengan citra palsu, serta menjauh dari koalisi yang telah mengantarkan dirinya ke kursi Wakil Gubernur Aceh.
Semua orang tahu bila Nova mengelola Aceh dengan gaya sesuka hati. Banyak program pro rakyat yang dirancang di dalam buku induk Aceh Hebat tidak ia laksanakan. Berkali – kali ia membatalkan pembangunan rumah Dhuafa,fakir miskin dan bansos lainnya.
Di sisi lain, dia juga memberikan dana yang bersumber dari APBA, untuk kegiatan yang jauh dari tujuan dasar anggaran negara yang ditranfer ke daerah.(**)
Discussion about this post