BANDA ACEH — Sebanyak 26 siswi kelas IX SMP Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School, Banda Aceh mengunjungi kantor Baitul Mal Aceh (BMA), Kamis (27/01/2022). Kehadiran mareka yang berasal dari kelas Agama Islam itu untuk mempelajari pengelolaan zakat di BMA dan turut didampingi oleh guru Pendidikan Agama Islamnya, Rika Hariyati.
Kedatangan rombongan pelajar putri tersebut disambut langsung oleh Kepala Sekreatriat BMA, Rahmad Raden beserta para Tenaga Profesional BMA di ruang aula.
“Terima kasih banyak atas sambutan yang sangat hangat untuk anak-anak kami pada hari ini. Maksud dan tujuan kami ke sini yaitu untuk melihat langsung kantor BMA dan juga tata cara pengelolaan zakatnya,” kata Rika Hariyati.
Rika menjelaskan saat ini kelas Agama Islam yang ia asuh itu baru saja menyelesaikan pelajaran di Bab Zakat Mal dan Zakat Fitrah. Selanjutnya untuk mengetahui langsung bagaimana pengelolaan zakat tersebut mareka berkunjung ke BMA sehingga siswanya menjadi faham. Karena zakat ini sudah pernah dipelajari dulu sewaktu di Sekolah Dasar tetapi tidak terlalu mendetil dan di tingkat SMP pun dipelajari lagi.
“Jadi tujuan kami ke sini untuk melihat langsung dan mendengarkan langsung dari bapak-bapak yang ada di BMA tentang pengelolaan zakat tersebut. Dan kami mengucapkan terima kasih banyak atas sambutan dan penjelasannya,” kata Rika
Kepala Sekreatriat BMA, Rahmad Raden diawal pemaparannya menjelaskan Rukun Islam ada lima, dimana yang pertama diperintahkan untuk mengucap dua kalimat syahadat, selanjutnya diperintahkan untuk mendirikan shalat, diperintahkan untuk bayar zakat, diperintahkan untuk puasa dan diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji.
“Ada fenomena yang kami para amil Baitul Mal lihat bahwa untuk membayar zakat, orang mungkin tidak seketakutan dengan yang namanya shalat dan puasa. Itulah tugas kami disini untuk menyadarkan orang-orang bahwa hartanya kena zakat, penghasilannya kena zakat dan ayo dibayarkan zakatnya di Baitul Mal. Jadi tugas pertama kami adalah mengumpulkan zakat dari para muzaki agar mau menyalurkannya ke Baitul Mal,” kata Rahmad.
Akan tetapi tambah Rahmad, ada juga yang menyalurkannya sendiri dengan alasan disebelah rumahnya ada yang miskin, tetangga di kampung ada yang miskin juga atau ada saudaranya yang fakir. Kenapa harus disalurkan melalui Baitul Mal.
“Sebagian ulama beranggapan bahwa tidak baik muzaki itu langsung bayar zakat ke mustahik dan tidak baik pula mustahik itu mengemis-ngemis ke muzaki untuk minta zakatnya. Itu merupakan fenomena yang tidak baik sebenarnya dan tidak dianjurkan. Jika sudah merasa menjadi muzaki tentunya ada sebagaian hartanya yang harus ditunaikan untuk zakat, maka bayarlah ke lembaga resmi yang dibentuk oleh pemerintah dan di Aceh namanya Baitul Mal Aceh. Sedangkan di Indonesia dan provinsi lainnya bernama BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional),” kata Rahmad.
Ia menjelaskan di Aceh tidak punya BAZNAS, karena Aceh merupakan salah satu daerah asimetris. Di Indonesia sendiri ada lima daerah asimetris, selain Aceh ada DKI Jakarta, Jogyakarta, Papua dan Papua Barat. Dari 34 provinsi, lima provinsi ini yang mendapat perlakukan istimewa dari pemerintah Indonesia, dimana mareka punya undang-undang sendiri untuk daerahnya. Sedangan sisa 29 provinsi lain, semua sama mengadopsi UU No 24 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
“Kita di Aceh ada yang namanya UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh atau yang sering di sebut UUPA. Dalam UUPA itu diamanahkan bahwa masyarakat Aceh boleh membentuk lembaga tersendiri untuk memungut zakat dari masyarakatnya dan juga menyalurkan zakat sendiri. Itulah kenapa BAZNAS tidak masuk ke Aceh, karena sudah di atur sendiri oleh undang-undang kita dan secara resmi lembaganya juga sudah dibentuk oleh pemerintah yaitu Baitul Mal Aceh dan diakui juga oleh BAZNAS sebagai bagian dari mareka,” kata Rahmad Raden.
Pada kesempatan itu Rahmad Raden juga menyampaikan berita gembira kepada para pelajar tersebut bahwa BMA baru saja mendapatkan penghargaan dari BAZNAS dalam kegiatan BAZNAS AWARD tahun 2022 untuk kategori Baznas provinsi dengan dampak penyaluran zakat terbaik pada tahun 2021.
Ia juga menjelaskan sesuai dengan Keputusan Dewan Pertimbangan Syariah (DPS) saat ini nishab zakatnya sebesar Rp6,9 juta. Jadi bagi semua yang berpenghasilan Rp6,9 juta keatas setiap bulan maka wajib mengeluarkan zakatnya 2,5%.
“Di lingkungan pemerintah Aceh seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) zakatnya dipungut oleh BMA. Dan bagi yang penghasilannya sudah mencapai nishab zakat, itu secara otomatis dipotong zakatnya oleh bendahara,” jelas Rahmad Raden.
Tak lupa pula Rahmad menjelaskan potensi zakat dimana secara nasional potensi zakat pada tahun 2020 mencapai Rp 327,6 Triliun dan yang terealisasi baru Rp71,4 Triliun atau sekitar 21,7 persen dari potensi. Sedangkan potensi zakat Aceh mencapai Rp1,4 triliun sedangkan yang baru tergarap/rerealisasi hanya Rp286 miliar.
“Tidak mudah memang untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang bahwa penghasilannya itu kena zakat. Mareka lebih takut kepada petugas pajak ketimbang petugas zakat,” kata Rahmad.
Ia juga menambahkan zakat yang dikelola oleh BMA tersebut disalurkan kepada tujuh senif, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Adapun program zakat di BMA diantaranya bantuan fakir uzur, ZIS produktif, santunan ramadhan, gampong zakat produktif, beasiswa anak muallaf dan pemberdayaan ekonomi muallaf.
Selain itu beasiswa tahfiz Al-Quran, bantuan bencana alam, untuk organisasi islam, biaya pendidikan santri, beasiswa anak berkebutuhan khusus dan bantuan untuk penyusunan tugas akhir bagi mahasiswa.
“Kami atas nama lembaga juga mengucapkan terima kasih atas kunjungan para siswa sekalian. Semoga pertemuan ini bermanfaat dan menjadi pengetahuan untuk kalian juga. Terakhir jika penghasilan orangtuanya atau keluarga lainnya sudah mencapai nishab, maka ajaklah untuk menyetorkan zakatnya melalui Baitul Mal Aceh,” imbau Rahmad Raden.
Sementara itu perwakilan siswa Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School, Nayla dan Cut Ailsa juga menyampaikan kesan dan pengalamannya selama kunjungan tersebut. Dan ini menjadi pengetahuan baru bagi mareka tentang pengelolaan zakat di BMA.
“Setelah mengunjungi kantor Baitul Mal, kami banyak belajar mengenai zakat mulai dari delapan golongan mustahiq zakat, cara Baitul Mal mengelola dan menyalurkan zakat dan berbagai program dari Baitul Mal yang sebelumnya kami tidak pernah tahu. Kami sangat senang karena disambut dengan hangat oleh pihak Baitul Mal dan stafnya juga sangat ramah. Dan setelah kami dapat banyak ilmu ini, kami ingin menyampaikan ilmu yang kami dapat itu kepada orang-orang di sekitar kami,” ungkap Nayla dan Cut Ailsa.
Seusai pertemuan tersebut Kepala Sekreatriat BMA, Rahmad Raden juga mengajak para siswi itu berkeliling kantor BMA untuk melihat langsung proses pengumpulan dan penyaluran zakat di BMA serta diakhiri dengan foto bersama di lobi. (r)
Discussion about this post