Banda Aceh – Masyarakat Aceh hari ini akan memperingati 17 tahun perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia. Perdamaian yang diteken di Helsinki, Finlandia menjadi momen membangun Tanah Rencong dari keterpurukan.
“Kegiatan peringatan Hari Damai Aceh dijadwalkan digelar di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Senin (15/8/2022). Ada sejumlah agenda dalam peringatan tersebut termasuk penyerahan sertifikat tanah ke eks kombatan GAM.
Ketua DPR Aceh, Saiful Bahri mengatakan, 15 Agustus menjadi hari paling bersejarah bagi rakyat Aceh serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Pada tanggal tersebut, kedua belah pihak yang berseteru sepakat mengakhiri konflik bersenjata setelah melakukan perundingan.
“Kedua belah pihak menandatangani sebuah naskah kesepakatan atau kesepahaman bersama yang dinamai Memorandum of Understanding (MoU) di sebuah kota kecil di negara Finlandia,” kata Saiful kepada wartawan.
Pria akrab disapa Pon Yahya itu mengajak semua eks GAM termasuk mantan Tentara Negara Aceh (TNA) maupun sipil GAM untuk merenung bahwa mereka sekarang telah berada kembali dalam NKRI. Pasca perdamaian, tidak ada lagi cita-cita merdeka.
“Pada 15 Agustus 2005 dulu pimpinan kita sudah menyepakati bahwa kita akan berjuang dalam konteks perdamaian untuk membangun Aceh dari keterpurukannya di segala bidang,” jelas politikus Partai Aceh ini.
Pon Yahya juga berharap, aparat keamanan melakukan langkah-langkah persuasif bila menemukan masyarakat yang merayakan Hari Damai dengan cara mereka sendiri. Dia meminta aparat tidak menggunakan cara-cara kekerasan saat menghadapi masyarakat.
“Hari ulang tahun MoU Helsinki tersebut adalah hari kemenangan kita bersama. Untuk itu, bila ada masyarakat Aceh yang merayakannya sesuai dengan keinginan mereka pada hari perdamaian ini kalau bisa jangan sampai ada tindakan kekerasan, biarlah 15 Agustus menjadi hari kemenangan kita bersama,” jelas Pon Yahya.
“Lakukan tindakan pendekatan kekeluargaan kepada masyarakat Aceh supaya pada hari tersebut tidak ada yang jadi korban kekerasan,” lanjutnya.
Selain itu, dia berharap Pemerintah Pusat merealisasikan poin-poin yang tertuang dalam naskah perdamaian. Pon Yahya juga mengajak semua pihak bergandengan tangan membangun Aceh.
“Kita berharap kepada Pemerintah Indonesia agar poin-poin nota kesepahaman yang sudah disepakati di dalam perundingan pada 15 Agustus 2005 lalu, mohon kiranya kita memperhatikan ini dengan lebih serius dan mari kita bergandeng tangan, jalan berdampingan dalam membangun Aceh untuk hari esok yang lebih baik,” jelas mantan kombatan GAM ini.(**)
Parlementaria
Discussion about this post