Banda Aceh – Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menginfeksi paru-paru (TBC paru) atau bagian tubuh lain (TBC ekstra paru), seperti tulang, ginjal, atau otak.
Nora Wirda, mahasiswi magister kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) dan Epidemiolog Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banda Aceh, Selasa (19/9/2023) menyampaikan bahwa penyebaran TBC bisa melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.
“Gejala TBC dapat bervariasi tergantung pada lokasi infeksi. Gejala umum TBC paru meliputi batuk kronis, demam, penurunan berat badan, kelemahan, dan nyeri dada. TBC ekstra paru dapat menyebabkan gejala sesuai dengan organ yang terinfeksi,” ujar dia.
Disebutkan bahwa perkiraan kasus TBC di Indonesia sebanyak 969.000 kasus bahkan lebih, yang diaporkan ke SITB tahun 2022 sebanyak 717.941 kasus dengan cakupan penemuan TBC sebesar 74% (target: 85%).
Sementara insiden TBC di Indonesia sebesar 354 per 100.000 penduduk yang mengartikan dari 100.000 orang akan ada 354 yang sakit TBC.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kasus TBC di Indonesia masih cukup eksis dan perlu ditindaklanjuti sehingga diperlukan kerja sama semua pihak untuk terlibat dalam penanggulangan TBC.
“Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang paling berbahaya di dunia. Meskipun telah ada kemajuan dalam pengobatan dan diagnosis, TBC tetap menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Di balik penyebarannya yang luas, terdapat peran penting yang dimainkan oleh faktor-faktor lingkungan,” sambungnya.
Lebih lanjut Nora Wirda mengungkapkan bahwa faktor lingkungan memainkan peran penting dalam penyebaran TBC, adalah pertama kepadatan populasi yaitu daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, terutama di wilayah perkotaan yang padat, cenderung memiliki tingkat penyebaran TBC yang lebih tinggi. memungkinkan penularan bakteri TBC lebih mudah terjadi.
Kedua kebersihan lingkungan di mana dengan lingkungan yang kotor dan tidak sehat dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan bakteri TBC, seperti sanitasi yang rendah, pengelolaan limbah yang tidak memadai dan ketidakcukupan akses air bersih, dapat meningkatkan risiko penularan TBC.
Ketiga paparan polusi udara terutama di daerah perkotaan, dapat merusak sistem pernapasan sehingga orang yang terpapar polusi udara cenderung memiliki sistem pernapasan yang lebih lemah yang dapat meningkatkan risiko terkena TBC.
Keempat kualitas udara dalam ruangan yang buruk seperti ventilasi yang tidak memadai dengan berpenghuni yang padat dapat memfasilitasi penyebaran TBC dari individu ke individu. Kelima perumahan yang sangat padat seperti perumahan asrama dapat meningkatkan risiko penularan.
TBC, jika ada orang yang terinfeksi di lingkungan tersebut. Keenam migrasi penduduk dengan pergerakan penduduk antar wilayah atau negara dengan tingkat TBC tinggi dapat membawa infeksi ke wilayah baru. dapat memengaruhi prevalensi TBC.
Ketujuh akses terbatas ke fasilitas perawatan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang rendah dapat menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan TBC, yang dapat memperburuk penyebaran penyakit ini.
Mengendalikan TBC melalui faktor lingkungan memerlukan tindakan koordinasi yang melibatkan pemerintah, Beberapa upaya yang dapat kita lakukan dalam mengendaliakan TBC melalui faktor lingkungan adalah pertama perbaikan sanitasi dengan memastikan akses yang memadai ke fasilitas toilet yang layak.
Toilet yang memadai membantu mencegah kontaminasi tanah dan air oleh bakteri TBC yang ada dalam tinja, serta pengelolaan limbah yang aman
Kedua memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya praktik kebersihan, seperti mencuci tangan dengan benar. Ketiga upaya pengendalian polusi udara seperti mengendalikan emisi kendaraan bermotor, dapat membantu mengurangi risiko infeksi TBC. Keempat upaya pembangunan perumahan yang layak dan berkelanjutan dapat membantu mengurangi kepadatan penduduk dan penyebaran penyakit.
Dalam pencegahan penyakit TBC, tidak hanya melibatkan pengobatan dan vaksinasi, tetapi juga memperbaiki kondisi lingkungan dan kesadaran masyarakat dalam pencegahan penyebaran penyakit ini secara global.
Mengendalikan TBC melalui faktor lingkungan memainkan peran yang signifikan dalam penyebaran TBC.
“Sangat penting untuk kita memahami dan mengatasi faktor-faktor lingkungan yang menpengaruhinya serta upaya yang ditujukan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan, mengurangi polusi udara, dan menyediakan perumahan yang layak dapat membantu mengurangi prevalensi TBC dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” tuturnya.
Selain itu, dngan kerja sama yang baik dan perencanaan yang cermat, sehingga dapat mengurangi penyebaran TBC, dan dapat bergerak menuju dunia yang lebih sehat dan bebas TBC.
“Lingkungan yang sehat adalah aspek penting dalam memastikan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Melindungi lingkungan adalah tugas bersama kita untuk memastikan bahwa kita dapat menikmati hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Menjaga lebih baik dari pada mengobati.pungkasnya.
Discussion about this post