Banda Aceh, — Minggu, 26 Januari 2025 setelah maghrib nanti malam adalah malam 27 Rajab 1446 Hijriah. Malam tersebut termasuk waktu istimewa yang memiliki keutamaan.
Keutamaan malam 27 Rajab diterangkan Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin. Sang Hujjatul Islam memaparkan sebuah hadits yang menyebut mengerjakan amalan pada malam 27 Rajab akan diganjar kebaikan seratus tahun. Berikut haditsnya,
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang mengerjakan amal kebajikan pada malam ini (malam tanggal 27 Rajab), niscaya ia akan memperoleh kebaikan seratus tahun.” (HR Muslim dengan redaksi yang sedikit berbeda tapi maknanya sama)
Dalam penjelasannya, Imam al-Ghazali menghukumi sunnah melakukan ibadah pada malam hari-hari yang punya keutamaan. Malam yang dimaksud ini ada 15, salah satunya malam 27 Rajab.
“Tidak boleh kita mengabaikan malam-malam itu karena mereka adalah ‘masa’ untuk beramal dan waktu terbaik untuk berniaga dalam perkara agama. Barang siapa lalai dan lengah pada masa tersebut, dia tidak akan menuai laba,” kata Imam al-Ghazali seperti diterjemahkan Purwanto dalam buku Rahasia dan Keutamaan Waktu untuk Ibadah.
Salah satu amalan yang dianjurkan pada malam tersebut adalah salat 12 rakaat. Salat dilakukan dengan 2 rakaat salam dan setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah dan satu surah Al-Qur’an. Setelah selesai salat, Imam al-Ghazali menganjurkan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW sebanyak 100 kali dan beristighfar sebanyak 100 kali juga. Setelah itu, barulah berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat atau hajatnya.
Imam al-Ghazali berkata, “Maka barang siapa di antara kaum muslim mengerjakan salat 12 rakaat pada malam ini di mana setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan satu surah Al-Qur’an, membaca tasyahud setiap dua rakaat lalu salam dan setelah salat membaca sholawat kepada Nabi SAW 100 kali, membaca istighfar 100 kali, berdoa untuk dirinya dengan apa yang diinginkannya dalam urusan dunia dan akhirat kemudian pagi harinya berpuasa, maka sesungguhnya Allah Ta’ala akan mengabulkan semua doanya.”
Imam al-Ghazali juga menyebut hari ke-27 adalah hari-hari utama, bersama hari Arafah dan hari Asyura. Oleh karenanya, dia menganjurkan umat Islam berpuasa pada hari tersebut.
Menurut sejumlah hadits shahih, malam 27 Rajab adalah waktu di mana Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan dinaikkan hingga langit ketujuh menuju Sidratul Muntaha. Perjalanan agung ini dikenal dengan Isra Miraj.
Dalam As-Sirah An-Nabawiyah bi Riwayah Al-Bukhari yang ditulis Syekh Riyadh Hasyim Hadi dan diterjemahkan Nabhani Idris dikatakan, para Imam Ashabussunan (penyusun kitab Sunan) berpendapat Isra Miraj terjadi dalam satu malam. Pendapat ini dikatakan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath-Al-Bari.
Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait waktu terjadinya Isra Miraj. Dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj, Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam as-Suyuthi memaparkan 14 pendapat tentang tahun terjadinya Isra Miraj dan 5 pendapat tentang bulan terjadinya peristiwa tersebut, serta sejumlah pendapat terkait harinya.
Mayoritas ulama sepakat, peristiwa Isra Miraj terjadi setelah Fathimah, putri Rasulullah SAW, lahir. Namun, mereka berbeda pendapat tentang hal lainnya.(*)
Discussion about this post